Kamis, Mei 22, 2014

Jangan Takut Bermimpi


Judul Buku          : A Cup Of Tea Menggapai Mimpi
Penulis                 : Herlina P. Dewi, Reni Erina dkk
Penerbit              : Stiletto Book
Tahun                   : 2012
Hal                          : 209
ISBN                      : 978-602-96026-9

Kisah Inspiratif Menggapai Mimpi

Jalan untuk mencapai sebuah impian kadang melenceng dari ekspektasi. Tak selalu mulus bahkan dengan cobaan tak terduga. Dan hanya ‘pejuang’ sejati yang bisa sukses menggapai impiannya.Yap, dibutuhkan kerja keras dan cerdas bukan sekedar tekad yang keras untuk mewujudkan sebuah impian.

Kisah menarik pendiri sebuah penerbit yang ada halaman 183 buku ini bisa dijadikan contoh. Bermodalkan nekat menjual bisnis laundry untuk membuat penerbitan. Dan selama 6 bulan pertama hanya melakukan seorang diri dari mencari naskah, promosi, membuat MoU, layout, desain sampai marketing. Perjuangan dan usaha yang patut diacungi jempol dan seiring waktu dia bisa menikmati hasilnya. Dan dia seorang perempuan!

Buku ini merupakan buku ketiga dari seri  A Cup Of Tea (ACOT) dan seperti seri sebelumnya berisi 20 kisah inspiratif yang menghangatkan hati dan memotivasi. Sesuai judulnya, kisah dalam buku berisi kisah perjuangan bagaimana mewujudkan impian dengan menaklukan tantangannya.

Kisah yang mengharu sekaligus membuat ‘greget’ dengan kepijakan di dunia pendidikan yang tidak berpihak pada orang berkebutuhan khusus,  ada di halaman 84 yang berjudul Garis Yang Terputus. Venny Mandasari, seorang penderita Dystonia yaitu kelainan gerak di luar kesadaran. ‘Gerak yang sangat hebat pada bagian kepala, tangan serta kaki yang membuat jalan saya tidak terkendali seperti orang yang sempoyongan. Gerak yang bisa dikatakan goyang hebat, yang terkadang sulit dihentikan. Adakalanya sampai saya berpeluh menahannya.’  Melalui masa-masa sekolah di sekolah umum (bukan SLB) bagi Venny adalah sebuah keberhasilan besar selain tak mudah meyakinkan pihak sekolah untuk menerimanya juga bagaimana ia beradaptasi di sana. Sayang niatnya melanjutkan ke perguruan tinggi belum tercapai, di tolak karena penderita Dystonia. Namun hikmahnya, Venny menemukan jalan mencapai mimpinya yang lain.

Saya percaya, sesuatu terjadi karena ada campur tangan Tuhan. Sekeras apapun usaha jika Tuhan belum mentakdirkan tidak akan terjadi. Sebaliknya dengan kehendak Tuhan, kesulitan apapun akan dibukakan jalannya.  Contoh paling sederhana mungkin mengenai materi. Ketika hitung-hitungan matematis nilai rupiah yang dimiliki tak cukup untuk membantu mewujudkan impian, Tuhan akan memberikan jalannya jika usaha dan doa sudah dilakukan maksimal. Seperti dalam kisah berjudul Tiada yang Dapat Menghadang Jalan Tuhan di halaman 133. Keinginan masuk fakultas kedokteran gigi sempat terhambat karena masalah keuangan namun di tengah himpitan keterbatasan itu Tuhan selalu ada jalan yang diberikan Tuhan sampai akhirnya dia lulus dan menyandang predikat dokter gigi.

Atau kisah Ni Made Rimawati yang harus menghidupi dirinya sendiri dan membantu keluarga dengan bekerja di sebuah galeri seni. Namun dari situ muncul kecintaannya pada bahasa Inggris, keinginannya pergi ke luar negeri karena mendengar cerita pak Beni dan kuliah. Tuhan memberinya jalan tak terduga, gaji yang diperoleh selama menjadi Nanny di Slovakia untuk kuliah bahasa Inggris. Cerita lengkapnya ada di halaman 41.

Membaca kisah-kisah dalam buku ini mengingat saya pada teori The Secret atau Mestakung (semesta mendukung). Yap, ketika impian begitu kuat tertanam dan kita berusaha mewujudkannya, semesta akan membantu untuk terwujud. Atau seperti ungkapan yang ditulis seorang penulis besar Paulo Coelho dalam salah satu bukunya; Mimpi adalah milik kita sendiri dan hanya kita yang tahu apa yang perlu diupayakan untuk tetap mengupayakannya.

Kritik untuk buku ini, tinta di setiap tulisan tidak merata, ada yang jelas ada yang kabur. Dan porsi impian menjadi penulis lebih banyak alias kurang variatif. Mungkin karena naskah yang masuk memang banyak yang mimpinya jadi penulis J (tulisan dalam buku ini hasil audisi). Saran saya untuk ke depannya, apapun temanya kisahnya harus variatif, caranya mungkin dengan mencari narasumber alias menjemput bola.

By the way, secara keseluruhan buku ini inspiratif, menghangatkan dan memotivasi. Jangan takut bermimpi!


Rabu, Mei 07, 2014

Jasmine

Judul Buku          : Jasmine
Penulis                 : Riawani Elyta
Penerbit              : Indiva
Tahun                   : November  2013
Hal                          : 316
Jasmine
Buku ini novel ini juara satu lomba menulis novel inspiratif Indiva. Nah seinspiratif apa sih sampai jadi juara pertama, penasaran kan? Samaaaa....:p.
Tema yang diangkat memang unik alias jarang diangkat. Yaitu mengenai hacker dan pekerja seksual yang terjangkit HIV/AIDS.
Dean di juluki The Prince bukan semata karena tampan dan kaya – Ayahnya seorang konglomerat yang masuk dalam jajaran 100 pengusaha paling sukses di Tanah Air – juga karena ia cerdas, bisa mengendalikan dan menjadi leader bagi teman-temannya yang tergabung dalam Cream Crackers.
Cream Crackers adalah sekelompok orang yang ‘hobi’nya melumpuhkan bahkan membobol sistem komputer melalui jaringan, sehingga mengacaukan sistem penyimpanan data. Mereka umumnya membobol sistem komputer perbankan sehingga dapat menggunakan kartu kredit atau atm palsu untuk mendapatkan uang. Dan seperti itulah yang dilakukan Dean dan teman-temannya; Ioran, Yudha dan Yoyok yang tak lain adalah para mahasiswa.
Petualangan menjadi Cream Crackers membawa kepuasan tersendiri untuk Dean, bukan semata karena materi yang ia dapatkan tapi karena ia merasa menjadi dirinya sendiri. 
Diantara ketiga temannya, Ioran yang memiliki ambisi mengalahkan Dean, dengan kecerdasan yang dimilikinya, ia berhasil pembobol sistem pertahanan komputer Dean. Namun hal itu tidak membuat Dean marah, sebaliknya Ioran diangkat Dean menjadi orang kepercayaannya. Apakah ada motif lain dibalik mengangkatan Ioran sebagai tangan kanan Dean? Motif yang dikhawatirkan teman-temannya yaitu bahwa Ioran akan menjadi tumbal jika kasus ini terungkap aparat?
Di tempat lain seorang perempuan muda berusaha melepaskan diri dari lingkaran prostitusi yang menjeratnya. Hidup dalam ketakutan  karena kabur dari mucikarinya. Trauma menyebabkan dia berusaha melupakan masa lalu termasuk melupakan namanya. Karena sebuah kecelakaan ia sampai di Yayasan Pelita. Sebuah yayasan paling intens mendampingi dan memotivasi para ODHA.
Di yayasan itulah perempuan muda cantik itu diberi nama Yasmine. Di tempat ini Yasmine bertemu Malika seorang penderita AIDS yang membuat Jasmine rindu pada masa lalu, ...suatu masa dimana kaki-kaki kecilnya melangkah gegas ke surau bersama beberapa pasang kaki kecil lainnya di saat adzan bergema, berebutan mengambil wudhu dari kera...(hal 147)
Priyatna, seorang polisi,  tengah mencari seorang gadis yang hilang bertahun lalu. Gadis yang tak lain adalah anak dari tantenya, Rowena. Apakah Jasmine adalah Raisa anak Rowena yang hilang   yang  diduga terperangkap dalam kasus trafficking?
Salah satu point yang menurut dugaan saya novel ini menjadi  pemenang adalah karena konflik yang terjalin cukup kompleks dan temanya langka untuk novel bergenre novel islami seperti Novel ini menyajikan konflik yang cukup kompleks, mengenai cracker, trafcing, prostitusi dan penderita ODHA. Selain deskripsi setting dan alur yang cukup dalam.
Hal lain yang menarik perhatian adalah  pemilihan diksi yang kurang umum, seperti semua kata mata, pandangan atau penglihatan di ganti dengan kata visual. Mungkin pemilihan ini dikaitkan dengan salah satu tema yang diangkat, yaitu cracker, dunia virtual. Tapi menurut saya, pada beberapa adegan penggunaan diksi ini terkesan memaksakan – atau karena saya belum terbiasa ya heheh – saya terbiasa membaca dan menemukan diksi ini dalam tulisan-tulisan ilmiah dan non fiksi.
Seperti dalam kalimat di halaman 12, ...visualnya memunggungi monitor.
Sedangkan kata visual di kalimat ini menurut saya pas (hal 40).Dalam dimensi yang memisahkan visual dan konsentrasi sel-sel syaraf....
Namun ada kalimat  yang menurut saya lebih pas menggunakan kata visual  daripada kata merealisasikan seperti dalam kalimat di halaman 181...Dean merealisasikan setiap kata yang ia ucapkan melalui gerak jemarinya, mengarahkan kursor .....
Tapi pemilihan diksi adalah hak perogatif penulis bukan?
Sedangkan nilai/penyampaian islaminya sendiri menurut saya terlalu standar yaitu ada adegan di mana ada orang tersadar hingga menjadi orang sholeh karena mendapat hidayah. Bukan novel islami  yang ‘content’ islaminya tersirat secara menyeluruh.
Oh ya, ada yang kurang saya mengerti yaitu alasan atau motivasi  Dean mengunjungi tempat prostitusi sehingga bertemu dan jatuh cinta pada Jasmine. Jika saja di sebutkan di awal Dean seorang playboy bukan seorang cowok dingin (tanpa perlu cerita siapa aja pacarnya) mungkin alasan itu  tidak diperlukan.

Kepiawaian penulis mendeskripsikan setting dan alur yg detail dalam novel ini mungkin tidak bisa dilepaskan dari latar belakang penulis yg sebelumnya menjuarai beberapa menulis fiksi diantaranya menjuarai lomba menulis fiksi di majalah femina.
But, secara keseluruhan novel ini wort to read. Dalam skala 5 bintang, saya beri 3 bintang untuk novel ini.